hari ini tiba-tiba kelabu
seakan sang surya tak mau membagi seberkas cahyanya.
angin pun marah,
tak memberi kesempatan tuk satu saja melangkah.
aku membisu, menahan segenap napas semampuku.
namun, gelisahku malah memuncak,
dikejar sang hitam.
dia si bidadari mengubah air mukanya,
menjadi merah
seperti badai langit senja
mengoyak-oyak, membawa parang, dengan tameng jarum jam yang akan dipatahkannya
mataku berair, sangat sembab.
dia sudah memberi emas padaku, tak jua mampu aku memberinya gandum
dia, yang pernah mendekatkanku pada-Nya pun pernah mengajakku menengok neraka
Jabatku untukmu,
bunuh saja aku.
biar langit usai memaafkanku
tak mampu lagi melihatmu
atau bahkan biarkan saja kita bertemu lagi di akhirat saja,
biar tak kubuat lagi nila dalam susu belangamu.
akankah masih ada maaf untukku, kawanku
kawan yang jua akan ditanyai di mati nanti
aku tak kuat lagi menemuimu karena tak mampu lagi topeng ini menutupi salahku.
11-11-13 senin
seakan sang surya tak mau membagi seberkas cahyanya.
angin pun marah,
tak memberi kesempatan tuk satu saja melangkah.
aku membisu, menahan segenap napas semampuku.
namun, gelisahku malah memuncak,
dikejar sang hitam.
dia si bidadari mengubah air mukanya,
menjadi merah
seperti badai langit senja
mengoyak-oyak, membawa parang, dengan tameng jarum jam yang akan dipatahkannya
mataku berair, sangat sembab.
dia sudah memberi emas padaku, tak jua mampu aku memberinya gandum
dia, yang pernah mendekatkanku pada-Nya pun pernah mengajakku menengok neraka
Jabatku untukmu,
bunuh saja aku.
biar langit usai memaafkanku
tak mampu lagi melihatmu
atau bahkan biarkan saja kita bertemu lagi di akhirat saja,
biar tak kubuat lagi nila dalam susu belangamu.
akankah masih ada maaf untukku, kawanku
kawan yang jua akan ditanyai di mati nanti
aku tak kuat lagi menemuimu karena tak mampu lagi topeng ini menutupi salahku.
11-11-13 senin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar