Sajak
Yudisium (Aku Tak Ingin Kalian Pergi)
Aku tak ingin kalian pergi!
Sepi, namun kulihat kalian berteriak-teriak, bercanda, masih
sering mengejek.
Senyumku merekah.
Namun, aku masih kesepian.
Kupalingkan sejenak wajahku
Pipiku sudah basah.
Aku tak ingin kalian pergi!
Suasana malam itu kembali
terlintas
Tatkala sebuah lagu Peterpan
diubah lirik.
Di jambore itu.
Ketika kemudian kukenal sebuah
seorang
Ketika kemudian ia tak lama
sudah pergi.
“Teringat di saat kita tertawa
bersama ...”
Aku tak ingin kalian pergi!
Biarpun mudah saja sementara
untuk kita dapat bersua.
Aku takut.
Aku takut nanti kita tak
sedekat hari ini.
Aku tak ingin kalian pergi!
Ini April. Sebentar lagi
Ramadhan.
Akankah sama seperti
tahun-tahun lalu
Ketika kita sejenak melupakan
kita
Ketika semua pergi, tapi untuk
sejenak saja.
Aku tak ingin kalian pergi!
Sebab setelah Juni, tiada lagi
jaminan
Urusan kalian sudah selesai.
Akankah menjadi kisah
Cerita empat tahun kita penuh warna
Empat tahun kita yang tak biasa.
Andai aku seorang pematung
Maka pasti kubuatkan Tugu Jogja untuk kalian.
Ah, aku tak ingin kalian pergi!
Sandingkanlah gambar wajahmu
ketika itu
Saat masa ta’aruf, saat kita
belum mengenal kita
Tentu sangat berbeda dengan
wajahmu kini.
Aku tahu perubahan kalian
Ketika kalian masih sering
menengok neraka
Sampai kalian tak pernah lupa
sholat dhuha.
Aku tak ingin kalian pergi!
Terima kasih untuk selama ini
Terima kasih atas keakraban yang pasti
Terima kasih atas persahabatan yang semoga abadi.
Aku tak ingin kalian pergi!
Biarpun kalian pasti akan
pergi.
Selamat berjuang, Kawan!
Selamat berlayar mengembangkan sayap Garuda.
Negeri yang sangat indah ini butuh kalian
Negeri amat mempesona ini sangat butuh kalian.
Tapi sekarang, aku tak ingin kalian pergi!
Akankah nanti
Ketika sawah tak lagi hijau
Ketika tanah sudah berganti
beton
Ketika sudah duduk di kursi
empuk
Ketika sudah dipanggil ‘bos’
Kita masih mengenal kita?
Kita masih saling bercanda?
Aku tak ingin kalian pergi!
Sudah terlalu dekat.
Sedekat saudara yang ketika
sakit ikut merasa.
Sudah terlalu tahu
Tentang semua baik buruk
pikiran dan keinginan.
Sudah terlalu tak mau menjauhi
lagi
Kita atas diri kita.
Aku tak ingin kalian pergi!
Pasti akan kubuat lagi sebuah kalimat
“Andai kau ada di sini ...”
Berulang dan selalu berulang.
Di tempat yang sama. Di tempat yang berbeda.
Di masa depan dan sekarang.
Biarkan kesejukan ini tetap
ada.
Biarkan semilir angin ini
menyapa kita.
Biarkan kesepianku, tetap ada
kalian!
Biarkan tertawa kita selalu
ada.
Aku tak ingin kalian pergi!
Atau pergilah. Tapi kembali.
Aku minta pasti kembali.
Biar sekedar mengunjungi
kotaku.
Biar kita kembali erat
Seperti hari ini.
Ingat, empat tahun kita penuh
tawa.
Kalian tak kan hilang
Selalu ada dalam senja, sabit, purnama, fajar, gunung, dan
laut yang indah.
Aku tak ingin kalian pergi!
Izinkan lebih lama lagi aku dan kalian di sini. Di rumah
kita ini.
Hari ini kita berkumpul
Hari ini istimewa buat kita
Hari ini cita-cita bapak-ibu
kita.
Yang dulu tak mungkin jadi
mungkin
Yang dulu ragu-ragu hari ini
jadi pasti.
Hari ini kita yudisium!
Aku tak ingin kalian pergi!
Sejenak saja. Aku ingin menatap
kalian.
Kita sudah sarjana, Kawan!
Tetangga-tetangga kita bangga
Pundak kita pun harus jadi baja.
Mari eratkan tangan kita, Kawan
Mari kokohkan impian kita, Kawan.
Nusantara kita sudah merindu jaya.
Aku tak ingin kalian pergi!
Tak usah kalian buru-buru
pulang
Biar sebentar kota ini
menuliskan nama kalian.
Atas perjuangan, atas
kekaguman,
atas kerinduan untuk kalian
kembali datang.
Aku tak ingin kalian pergi!
Pulanglah selalu ke kota ini. Kota almamater kita ini.
Jadilah kita sebagai pemeran
Bukan penonton negeri kita.
Kita rangkai negeri kita. Kita
hias negeri kita.
Aku yakin kita bisa!
Keyakinan dan kejujuran itu
utama.
Aku tak ingin kalian pergi!
Tapi mari kita berlari
Kencang tiada berhenti.
Biar kita bisa menjemput
aurora.
Biar rumah kita bangga.
Yogyakarta,
Ahad 27 April 2014
Untuk
Yudisium Day
Rabu,
30 April 2014
Kurnia
Siwi Hastuti
Masih ingatkah dulu saat mataf
Saat Sang Surya masih asing bagiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar