Selasa, 31 Maret 2015

Sejenak

Ini adalah lirik lagunya Letto yang berjudul 'Sejenak'


Sebelum waktumu terasa terburu
Sebelum lelahmu menutup mata
Adakah langkahmu terisi ambisi
Apakah kalbumu terasa sunyi

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta

Sebelum hidupmu terhalang nafasmu
Sesudah nafsumu tak terbelenggu
Indahnya membisu tandai yang berlalu
Bahasa tubuhmu mengartikan rindu

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta

Yang tlah semu.. Yang tak semu..
Dan tak semu...uu...dah itu



Assalamu'alaikum Sobat Blogger. Sobat udah pernah dengerin lagunya Letto itu? Kalau belum, dengerinlah.. Liriknya bagus banget, Sobat. Dalem. 

Sobat, coba resapi lirik demi liriknya... Memang banyak yang bisa diartikan, tetapi dalam postinganku ini saya mau ajak Sobat semua untuk sejenak merenung betapa sedikit jatah waktu kita di dunia, ya, sejenak saja.

Seperti kata nasihat, bahwa hidup iku mung mampir ngombe. Seperti seorang musafir yang berhenti sejenak untuk istirahat minum di bawah pohon di tengah gurun, lalu berlalu melanjutkan perjalanannya kembali. Seperti itulah hidup manusia di dunia, hanya sebentar, lalu melanjutkan tujuan hidupnya, yakni kehidupan akhirat.
Dapat dikatakan bahwa hidup itu untuk mati.

Jadi, dunia bukanlah tujuan akhir, akan tetapi tujuan akhir adalah kehidupan akhirat, kehidupan setelah mati.

Lihatlah betapa kita sebagai manusia haruslah sejenak meluangkan waktu dalam kesibukan kita untuk memahami hakikat kehidupan, untuk mengerti tujuan diciptakannya diri kita, untuk memikirkan sampai di manakah jalan kita.

Sobat masih ingat bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain? Bagi Sobat Blogger yang pernah melakukan kegiatan sosial tentu akan setuju dengan nasihat ini. Seberapa banyak yang kita peroleh adalah seberapa banyak yang kita beri. Berbuat baiklah untuk diri kita sendiri dengan cara berbuat baik kepada orang lain.

Apasih tujuannya? Ridho Allah dan ketentraman batin. Kita akan merasakan kepuasan hati saat kita bisa membantu orang lain dengan ikhlas. Ketentraman hati yang awet tidaklah kita dapatkan saat kita memperoleh banyak harta, akan tetapi ketika harta kita, kita berikan kepada orang yang membutuhkan.

Sobat, coba sekali-kali bangun malam, lalu lihatlah bintang-bintang. Subhanallah, betapa indah ciptaan-Nya, betapa luas nikmat-Nya.
Hati. Hati tentu butuh di-refresh, hati butuh dzikir Sobat. Tiadakah kita rindu untuk mengingat-Nya?

Untuk temanku, yuuk kita sejenak melepas rindu. Rindu pada-Nya. Sejenak saja waktu kita, tanpa tahu kapan tiada. Mari saling menyapa, mumpung masih bersua. Semoga rinduku menemukanmu di kehidupan yang abadi nanti.


Betakan, 31 Maret 2015

Sabtu, 21 Maret 2015

Sahabat Sejati



Tulisan ini untukmu, temanku, teman yang sebenarnya sudah kenalan lama tapi baru bertemu kembali, lalu baru akrab saat ini.

Terima kasih yang tak terhingga kuhaturkan untukmu. Tak kan bisa aku membalasmu, teman. Sungguh mulia hatimu, hati dari sikap yang tak pernah dusta.

Tahukah engkau, punya teman yang bisa mendekatkan kepada Yang Maha Kuasa adalah salah satu anugerah yang paling indah bagiku. Ini serius!

Seperti oase di padang pasir. Seperti sabit di awal rembulan. Seperti menemukan capung yang kini makin tiada. Seperti melihat aurora!

Teringat puisi yang kudapat dari teman tetanggaku dulu sewaktu masih SMA. Kata mbak Fitri, puisi karangannya mbak Chandra Elia. Dulu jadi opening buka bersama AMIB di rumahku. Bagus banget puisinya. Tepatnya seperti doa. Doa untukmu, teman-teman yang baik.

“ Yaa Robbi….
Jagalah saudaraku di kala penjagaanku tak sampai padanya...
Sayangi ia di kala sayangku tak mampu merengkuhnya dalam dekapan nyata…
Muliakan ia di kala penghargaanku tak terangkum dalam kata yang sahaja…
Karena Engkau punya segala yang tak kupunya,
dan karena kuinginkan ia menjadi saudaraku di syurga…”
aamiin.

Tulisan Mbak Elia itu pas banget. Tentu Sobat udah tahu bahwa orang yang bersahabat di dunia belum tentu akan bersahabat di akhirat. Pertemanan di dunia bisa menjadi permusuhan di akhirat. Ya, itu karena persaudaraan tersebut tidak dilandasi iman. Seorang teman di dunia tidak akan dapat menolong temannya di akhirat. Tidak demikian dengan persaudaraan yang dilandasi iman. Tentu dalam persaudaraan ini mereka telah saling tolong-menolong untuk kehidupan akhirat mereka sebab dalam persaudaraan mereka di dunia, mereka saling mengingatkan masing-masing untuk berbuat kebaikan, menjauhi maksiat, dan selalu saling menjaga agar istiqomah dalam Islam.

Aku pikir itulah yang dinamakan ‘sahabat sejati’. Sahabat yang masih akan jadi sahabat di akhirat besok. Kata orang, sahabat sejati itu tidak pernah ada, tapi bagiku aku yakin akan ada. Dengan kekuatan doa, insya Allah kita bisa punya sahabat sejati.

Perlu kita tahu juga, sahabat sejati di akhirat itu tentu tidak harus yang berusia sama ketika kita hidup di dunia. Coba perhatikan tetangga sekitar. Minggu lalu sawaktu pulang dari ‘isya’an, ibu-ibu yang habis sholat jamaah di masjid berkunjung ke salah satu jamaah juga yang akan melaksanakan ibadah umroh. Mereka saling mendoakan, agar istiqomah dalam berjamaah, agar taqwa selalu ada hingga ajal menyapa, agar dusun tercinta ini mendapat hidayat, rahmat, dan keteduhan iman Islam. Ada isak yang terdengar lirih malam itu.
Terlintas dalam hatiku, “semoga kita menjadi sahabat di akhirat.”


Tulisan ini untukmu, tentu engkau tahu maksudku.
Aku memerlukanmu untuk mengajakku mendekat kepada Yang Maha Kuasa.

Terima kasih, engkau pernah menjadi motivator semangatku. Semoga seterusnya. Semoga kita baik-baik saja. Semoga slalu lurus. Semoga Allah selalu menjaga kita.
Semoga kita bisa menjadi sahabat di syurga nanti.


Kata-kataku banyak di angan, tak sempat tertuliskan, teman. Semoga tak kan hilang semangat beribadah itu menyemangatiku.



Betakan, awal-tengah Maret 2015


Minggu, 08 Maret 2015

Temanku, Si Anggrek Bulan

Selamat petang paman garengpung.
Nyanyianmu membawaku kepada selembar kertas.
Sudah menjadi buram, masih tanpa goresan.
Terdengar melengking. Sebentar saja.
Memaksa mengingatnya. Teman lama yang kini berjaya.
Kutulis saja nada-nadamu untuknya.
Pada kertas lawas itu.
Mungkin akan kuterima lagi pesan darinya.

Tiba-tiba datang tanpa kabar.
Namun jiwaku sudah melahirkan sinyalnya.
Seakan kita punya radar neptunus.
Tidak, tapi radar sirius, si bintang paling terang.

Akankah terus ada sampai kita tua.
Akankah memang ada radar itu pada jiwamu juga.
Semoga kita menjadi saudara.
Yang terus terbang bersama meski bawaan kita berbeda.
Yang terus segaris untuk saling bersapa bersua.
Yang rindu ini dapat menemukanmu lagi.
Temanku, si anggrek bulan.
Semoga engkau baik-baik saja. Seterusnya.

Masih bulan sabit, Selasa, 24 Februari 2014