Sabtu, 21 Maret 2015

Sahabat Sejati



Tulisan ini untukmu, temanku, teman yang sebenarnya sudah kenalan lama tapi baru bertemu kembali, lalu baru akrab saat ini.

Terima kasih yang tak terhingga kuhaturkan untukmu. Tak kan bisa aku membalasmu, teman. Sungguh mulia hatimu, hati dari sikap yang tak pernah dusta.

Tahukah engkau, punya teman yang bisa mendekatkan kepada Yang Maha Kuasa adalah salah satu anugerah yang paling indah bagiku. Ini serius!

Seperti oase di padang pasir. Seperti sabit di awal rembulan. Seperti menemukan capung yang kini makin tiada. Seperti melihat aurora!

Teringat puisi yang kudapat dari teman tetanggaku dulu sewaktu masih SMA. Kata mbak Fitri, puisi karangannya mbak Chandra Elia. Dulu jadi opening buka bersama AMIB di rumahku. Bagus banget puisinya. Tepatnya seperti doa. Doa untukmu, teman-teman yang baik.

“ Yaa Robbi….
Jagalah saudaraku di kala penjagaanku tak sampai padanya...
Sayangi ia di kala sayangku tak mampu merengkuhnya dalam dekapan nyata…
Muliakan ia di kala penghargaanku tak terangkum dalam kata yang sahaja…
Karena Engkau punya segala yang tak kupunya,
dan karena kuinginkan ia menjadi saudaraku di syurga…”
aamiin.

Tulisan Mbak Elia itu pas banget. Tentu Sobat udah tahu bahwa orang yang bersahabat di dunia belum tentu akan bersahabat di akhirat. Pertemanan di dunia bisa menjadi permusuhan di akhirat. Ya, itu karena persaudaraan tersebut tidak dilandasi iman. Seorang teman di dunia tidak akan dapat menolong temannya di akhirat. Tidak demikian dengan persaudaraan yang dilandasi iman. Tentu dalam persaudaraan ini mereka telah saling tolong-menolong untuk kehidupan akhirat mereka sebab dalam persaudaraan mereka di dunia, mereka saling mengingatkan masing-masing untuk berbuat kebaikan, menjauhi maksiat, dan selalu saling menjaga agar istiqomah dalam Islam.

Aku pikir itulah yang dinamakan ‘sahabat sejati’. Sahabat yang masih akan jadi sahabat di akhirat besok. Kata orang, sahabat sejati itu tidak pernah ada, tapi bagiku aku yakin akan ada. Dengan kekuatan doa, insya Allah kita bisa punya sahabat sejati.

Perlu kita tahu juga, sahabat sejati di akhirat itu tentu tidak harus yang berusia sama ketika kita hidup di dunia. Coba perhatikan tetangga sekitar. Minggu lalu sawaktu pulang dari ‘isya’an, ibu-ibu yang habis sholat jamaah di masjid berkunjung ke salah satu jamaah juga yang akan melaksanakan ibadah umroh. Mereka saling mendoakan, agar istiqomah dalam berjamaah, agar taqwa selalu ada hingga ajal menyapa, agar dusun tercinta ini mendapat hidayat, rahmat, dan keteduhan iman Islam. Ada isak yang terdengar lirih malam itu.
Terlintas dalam hatiku, “semoga kita menjadi sahabat di akhirat.”


Tulisan ini untukmu, tentu engkau tahu maksudku.
Aku memerlukanmu untuk mengajakku mendekat kepada Yang Maha Kuasa.

Terima kasih, engkau pernah menjadi motivator semangatku. Semoga seterusnya. Semoga kita baik-baik saja. Semoga slalu lurus. Semoga Allah selalu menjaga kita.
Semoga kita bisa menjadi sahabat di syurga nanti.


Kata-kataku banyak di angan, tak sempat tertuliskan, teman. Semoga tak kan hilang semangat beribadah itu menyemangatiku.



Betakan, awal-tengah Maret 2015


Tidak ada komentar: