Jumat, 25 Desember 2015

Bangunkan!

Mentari pagiku kembali bersinar. Masih terlihat pucat. Nampaknya kemalasan beberapa malam ini telah membuat air muka tak lagi menyisakan cahaya.

Panggilan-panggilan itu tak kuhiraukan. Teriakan-teriakan itu hanya angin lalu. Permintaan dan tangisan mereka tak membukakan pendengaranku. Saraf motorikku sudah beku. Akankah telah kaku pula mata hatiku?

Berulang nasihat kudapat. Berulang terengah ibuku bersabar mengingatkanku. Berulang lagi serak-serak napas mereka memintaku mengajari. Masih sadar nuraniku bahwa yang akan kekal hanya ilmu yang bermanfaat. Namun tidurku terlalu dalam.

Kawan, pernah kah ketidakjelasan menyambangimu? Yang membuatmu tak melakukan apa-apa. Yang menggalaukanmu tanpa sebab.
Yuuk, Kawan, hari ini kita harus melompat. Sisa-sisa semangat kita masih ada. 

Angin tak pernah sendiri. Ia selalu hadir karena udara yang berbeda. Pelangipun sering datang pasca badai menyapa. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama? Penilaian kita ada pada setiap detik yang terus beranjak. Perjalanan ruh kita adalah petualangan hidup yang sesungguhnya.

Air mataku tak menetes. Tapi apalah arti menyesal bila tak ada karya yang menggantikannya. Semoga mentari tak pernah pergi. Sejenak saja tak apa, namun gemintang bimasakti selalu menyambut malamku. Biar mataku tak lagi lelap, biar waktuku dapat bermanfaat. Lalu tak ada lagi rengekan dan napas terputus-putus memanggilku menemani mengajari.

Kawan, mari saling mengingatkan. Bukankah kita berkawan.



Bahagiaku di situ, bersama mereka adik-adik TPA. Namun mendung kebodohanku terkadang datang tak diundang, membiarkan mereka belajar tanpa diajar. Semoga masih ada kesempatan untukku memperbaiki diri dan membangun generasi.


Betakan, 13 Rabi'ul Awal 1437 H / 25.12.2015

Tidak ada komentar: