Jumat, 11 November 2016

Berbisik Rindu

Dapat kurasa dingin angin yang dibawa hujan tadi.
Meski jendela menjadi perantara, tak hilang degup yang dibawa.
Makin teraba, dalam dada yang merintih perih.
Makin terdengar, pada dunia yang tercipta tiba-tiba.

Siang bersama daun, dahan, dan merah putih yang meliuk pelan.
Mengiring saliva yang tertahan yang tak jua tertelan.
Sendiri menunggumu pergi, perlahan.

Masih sesak napasku, menemani mataku yang memerah.
Tahukah mengapa aku di sini. Diam, namun berkeliaran.
Aku tak ingin engkau pergi.
Biarkan di sini.

Ah, aku tak pernah suka dengan 'perpisahan'.
Memuakkan, menyebalkan.
Mengertikah bahwa semuanya berarti?


Aku kembali sendiri.


Mendung bergelantungan.
Pepohonan seakan mengintai.
Membisiki nasihat-nasihat kecil.
Membuat pendengaranku semakin riuh.

Pergimu belum tentu,
tapi aku sudah rindu.

Cerita-cerita masih terdengar jelas dalam ingatan.
Pesan, himbauan, dan saranmu masih tersimpan.
Dan masih banyak yang ingin kutanyakan.
Sebelum petang berganti malam.

Mataku masih basah.
Keras kucoba sembunyi, agar orang-orang tak tahu.
Begini saja, sebab percayaku sudah untukmu.
Terima kasih kuucapkan.



Minggu, 17 Juli 2016

Wo de Meimei

Zhu ni shengri kuaile, wo meimei!
Happy '18th' birthday!
Met milad adikku sayang, Navi'ah. Semoga Allah Swt senantiasa melindungimu di dunia dan di akhirat yaa.
Mendekatlah kepada Allah, smoga kamu beruntung, nok.

Jumat, 15 Juli 2016 / 10 Syawal 1437
Guys, background gambar di atas cuma pake photoshop. Biar kyk warna pelangi gitu. Tapi editan saya kurang bagus kayaknya. hehehe.


Untuk yang gaya ala-ala AADC ada sih. Berhubung saya juga kena demam AADC gitu.. hahaha, maklum, anak muda coy. Ini dia contoh editan saya... check this out!

Buat nok navi, biar semangat gitu..

cemunguud nok :)

Tapi si nok navi ternyata gak suka foto itu.. katanya foto jadul.. hha peace ya nok :P


Kalau yang ini buat Mas Mardi.
Kenapa mas mardi? karena tiba-tiba dia salah kirim foto ke grup whatsapp kantor gitu. Hahaha...

hayoo mas mardi... :D


Nah.. yang ini buat temen jejerku thenguk ning kantor, mbak Rani maharani. Kebetulan lagi ultah gitu akhir mei lalu. Semoga apa yang kamu inginkan bisa segera terwujud, kakak!


hai mb rani... :P












happy 32, jangan lupakan masa tua, kak :D

Kalau yang ini khususon mas toni dokter komputer kantor kami. hihihi.
Sik sabar le ngajari aku gaweyan yo mas.. :D
Happy milad, mugi sehat terus mas.
mas toni memandag masa depan euy!














Guys, ini yang spesial juga. Teruntuk temen-temen lotisanku.. Nurul, Anis, Nana, Zumita, Malik, Dedy.. aah jadi kangen lotisan.. #KAPANLOTISANLAGI?

kangen cah... :(


Berhubung editan ini udah saya buat sebelum Ramadhan.. ini dia editan spesial untuk Ramadhan kemarin. #menyambutRamadhan gitu

Ramadhan di Betakan
yuuk istiqomah ke masjid :D

Ramadhan di kantor
maaf lahir batin nggih Bapak Ibu sedaya... :)



Ramadhan di rantau... spesial untuk temen-temen 'MARJO' (Mahkamah Agung Regional Jogja) di seluruh Indonesia

'bacut tresno marang Marjo'
Maaf sedherek-sedherek MARJO, Idul Fitri 1437 kali ini whatsapp saya bermasalah lagie.. jadi gak tau kabar kalian... hiks hiks hiks sedih tauk.. Maafin semua salah aye yaa. Taqobbalallahu minna wamingkum. Smoga Allah Swt menerima ibadah kita. Smoga Allah masih mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun depan, aamiin.

Rabu, 22 Juni 2016

Pelita Hari Tua


Aku melihatmu menangis, dalam mimpiku
Sesak napasku. Merinding.
Pelan-pelan air matamu menetes
Terhuyung jalanmu hampir roboh
Kupapah membantumu menegakkan jalan.
Masih terisak
Lalu ceritapun tercipta
Lidah mengisahkan perjalanan
Tercurah semua
Sedihmu menyedihkanku.


Memang sudah lama engkau menunggu
Bukan waktu sebentar penentianmu
Tentang keajaiban sebuah kehidupan
Harapmu segera tercipta di dirimu
Kehidupan kedua pada satu kehidupanmu.


“Aku pun dulu begitu,” jawabku.
Tapi bukan menanti, melainkan yang dinanti.
Semoga tangismu lekas reda
Pada jalanan pulang menjemput senja.


Sandarkanlah tubuhmu padaku agar kaubagi keresahanmu
Agar riuh tawa anak-anak tetap menceriakanmu
Bukankah itu keinginan nuranimu
Sebuah harapan pernikahan yang berkesan
Untuk terus saling memberi pesan
Tentang penciptaan yang terus berulang.


Bisnis terkadang bengis
Tak peduli pada tangisan mengemis
Melupakan masa mengaburkan asa
Kini engkau sudah kepala tiga
Janganlah kau lupakan keluarga
Sebab mereka itu pelita, pada semua suasana,
terutama di hari tua.


Kakak, kuatkan doamu, sebab hanya itulah senjatamu.



Ahad pagi, 19 Juni 2016
14.9.1437 Hijriyah 



Senin, 11 April 2016

Surat untuk Kakak



Menulis adalah hal yang sulit bagiku. Meskipun begitu, aku jatuh cinta pada tulisan, tulisan dari kegiatan menulisku sendiri. Tulisan-tulisan itu membangunkanku, mengingatkanku pada satu keyakinan: optimislah akan masa depan; kamu sudah mampu melewati banyak jurang, tentu kamu akan sanggup menaklukkan puncak-puncak sukses di sana.

Menulis adalah teman setiaku. Ia ada di saat yang lain tak ada. Ia menghibur segala duka hati yang sedang lara. Namun demikian, aku sendiri yang mengabaikannya karena sibukku yang membuat lupa sedemikian hingga banyak cerita yang tak sempat tertuliskan, banyak hikmah-hikmah kejadian sehari-hari yang tak tertulis abadi.

Aku ingin menulis tentang orang-orang luar biasa di sekitarku. Namun penaku macet, seakan ada saja halangan tuk menceritakan mereka. Mereka terlalu berjasa. Kasihnya terlalu bernilai. Aku ingin menggambar. Namun gambar-gambar sketsa wajah mereka pun tak sanggup kuselesaikan. Entah mengapa mereka malah sulit kubayangkan.

Malam ini kucoba kembali menuliskan. Kali ini tentang seseorang yang belum lama kukenal. Ia luar biasa. Sebuah surat untukmu, kakakku…


Purnama tak utuh ketika kucari nama pada tempat yang akan kukunjungi
Sebuah ragu perlahan menyelimutiku
Ini tentang idealisme, bukan sebuah ego yang menggoyahkan rasa syukurku
Sebab hampir seluruh waktuku lalu habis untuk itu
Syariah. Sesuatu yang besar yang tak semuanya sempat bertemu

Aku meragu pada diriku
Seakan ingin mundur saja dari peredaran
Sebab sebuah peradilan memang harus menggunakan hukum Tuhan.
Aku takut pada mulut
Ketika segerombolan menghujat mencerca di belakang meja
Sebab aku selalu acuh dengan make-up dan gaya

Waktu beranjak, mengiring mentari melewati sajak-sajak
Kutemu hal yang berbeda pada kunjunganku di sana
Bersahaja penampilan mereka
Entah aku yang tak tahu ataukah memang begitu
Angin pun mengabarkan kesejukan buatku
Kusapa banyak kebaikan sederhana namun bermakna luar biasa

Purnama kini tak sendiri
Ada ribuan bintang yang menemani malamnya
Sembah syukur kupanjatkan atas nikmat-Nya
Kau tau, aku selalu jatuh cinta pada bintang
Sketsa mereka menghapus berbagai bimbang
Seperti bimbangku padamu, kakakku.
Meski sungkan masih terus menyatu
Pada setiap pembicaraan denganmu

Kakak, hormatku padamu
Integritasmu tanpa ragu
Kejujuranmu mengetarkan jiwaku
Salutku atas ringan tanganmu
Doaku atas kepedulianmu pada mereka yang di jalanan
Semoga Allah senantiasa memampukan setiap urusan

Aku ini anak kecil, yang banyak bertanya hal yang tak penting
Itu caraku agar kebersamaan kita tak menjadi genting
Sebab aku terlalu takut pada riuh dalam diam
Yang menenggelamkan kedamaian

Kakak, maafkan jika itu mengganggu
Aku hanya butuh kehadiranmu
Selayak anak sulung yang merindu kakak
Mengajarkan banyak untuk menjadi tegak

Angin senja tak selamanaya sejalan seirama
Adakalanya ia merusak, menakutkan, menghitam
Menyerta badai yang berputar-putar membawa kedinginan
Aku tahu kesedihanmu, sesuatu yang terlalu mengusikmu
Bersabarlah, sebab aku dulu pun sama
Hanya tentang waktu dan istiqomahmu memanjatkan harap

Kakakku, bangunlah
Banyak hal yang akan kau dapat bersama gemintang
Kesunyiannya menggetarkan dada merasuk kalbu
Tak perlu kau tahu yang sering kuselipkan dalam tahajudku
Amalan-amalan kecilmu akan menjagamu

Nafas mendesah, kudengar makin keras degup jantungku
Sejalan pelan mengikuti mataku yang berkaca sendu
Tak sanggup aku berkata
Kabar itu terlalu berharga
Semoga lancar rencana
Menghadap Tuhan di rumah suci-Nya

Aku menjadi rindu
Akankah kita bertemu di situ
Mahsyar yang masih samar
Semoga bekal kita tak tercemar

Nampaknya waktu cepat berlalu
Tak menunggu ragu melugu
Kakakku, maklumilah aku
Aku rindu petunjukmu
Bersabarlah denganku
Ajaklah aku berjalan serentak
Bersama membangun peradilan yang tegak
Sebab hidup hanya sejenak.


Yogyakarta, 2016





Rabu, 16 Maret 2016

Surat untuk Paman Capung



Selamat pagi paman capung
Lama tak kutemu sayap indahmu
Kemanakah pergimu hingga menyesakkanku

Paman, tanahku tak lagi hijau
Tak sesejuk seperti masa laluku
Kampungku pun tak riuh seperti dulu
Sebab tak ada lagi teriakan-teriakan anak-anak
yang bermain di pematang sawah

Paman, aku ingin mengabarkan
Bahwa negeri ini sudah kebakaran
Negeri ini digerogoti korupsi
Mendarah daging merobek hati
Banyak janji yang tak ditepati
Banyak pejabat yang berakhlak bejat
Mereka mendewakan uang
Menyulap proyek demi keuntungan

Aku tulis surat ini untuk sekedar mengungkapkan
Aku merindu perubahan
Aku merindu perbaikan
Sebab aku pun bisa mati kelaparan
Jika tiada lagi seorang penerang

Paman, mungkin engkau juga korban diskresi
Sebuah senjata punya mereka yang duduk di kursi
Aku sudah muak, Paman..
Melihat mereka membuat pemerintahan jadi permainan

Paman, kau tahu aku ini seorang pelayan
Hanya doa dan perindungan yang aku harapkan
Semoga selamat sampai akhirat
Hidup ini untuk apa sih
Jika bukan untuk menebar kasih
Kepada sesama manusia
Bukan untuk menilap uang negara.

Semangatlah teman seperjuangan
Semoga kita benar-benar menjadi pemimpin perubahan.


Bogor, 4 Maret 2016