Jumat, 14 November 2014

Andai Kau Ada di Sini (Teman)



Siluet gelap mengantar senja bersama rintik hujan yang mulai reda. Kubuka catatan kecilku. Ada pesan untukku. Menanyakan cuaca hari ini.
Sajak-sajak itu masih ada. Tersimpan rapat dalam setiap pembicaraan. Kubuka lagi sajak-sajakmu itu, Kawan.
Ada banyak cerita pada jarum jam yang mulai usang. Ada ribuan harapan untuk tetap bersua pada masa depan.
Akankah kau merasakan yang sama. Ketika satu dua lagu lama pelan-pelan terdengar, pelan-pelan pula pipimu makin basah. Segala gambarmu pun menjadi riuh di mataku. Terlihat jelas, masa-masa kita bersama, dalam semua asa dan kehidupan yang lalu.
Aku tuliskan lagi kehidupanku saat mata ini tak mampu lagi bersandiwara. Dalam sembab yang tak lagi dapat kubendung, dalam kegalauan yang teramat jelas, dalam ketakutan yang sangat akan masa depan. Apa kabar kamu sahabatku? Dimanakah dirimu? Ini memang saatnya sendiri, sendiri mencari nasib kita sendiri-sendiri. Semoga akan menjadi bintang inspirasi. Semoga akan ada jalan untuk masa depan kita bersama lagi.
Tiga bulan sudah berlalu, makin lama berlalulah tertawa kita, berlalulah cerita-cerita kita. Bukankah cerita kita belum selesai? Kapankah kembali merampungkan cerita kita, teman-teman? Malam ini wajah kalian beterbangan dalam kepalaku. Malam ini sepucuk surat doa kubuat untuk kalian.
Kapan kita kemana, teman-teman? Rencana lalu kita tinggallah lalu. Namun, masih ada asa realisasi rencana. Di sini, sesuatu terasa menyatu. Laut biru, perahu kertasku, geografi, sejarah, dan cita-citaku. Ada satu yang tak pernah hilang, wajah-wajah kalian, tertawa kalian, cerita kalian. Selalu ada dalam semua perjalananku. Selalu menggumam, “andai kau ada di sini”, tepat persis dengan sajakku yang lalu itu.

(dirampungkan) 
Sabtu, 16 Agustus 2014

Tidak ada komentar: