Pembaharua Islam di Turki terbagi menjadi,
berberapa fase, yakni masa Sultan Mahmud II, Tanzimah, zaman Usmani Muda, zaman
Turki Muda, dan masa Mustafa Kemal. Di samping itu ada tiga aliran yang
berkembang dalam pembaharuan Islam di Turki, yakni Barat (modern), Islam, dan
Nasionalis.
I.
SULTAN
MAHMUD II
Pembaharuan di Kerajaan Turki Usmani abad ke-19 dipelopori
Sultan Mahmud II. Sultan ini secara radikal memulai gerakannya merombak
struktur pengelolaan kenegaraan antara eksekutif dan yudikatif. Di bidang
hukum, ia memilih antara urusan hukum Islam dan hukum Barat (sekuler). Selain
pembaharuan di bidang militer, ia juga merubah kurikulum pendidikan menjadi
lebih sesuai dengan materi-materi bacaan dari Barat. Banyak pelajar yang atas
perintahnya dikirim untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi ke Eropa.
Di awal kesultanannya ia disibukkan dengan perang
dengan Rusia dan menundukkan daerah yang punya otonomi besar. Tahun 1826 ia
membentuk korp tentara baru yang diasuh pelatih-pelatih yang dikirim Muhammad
Ali Pasya dari Mesir dan menjauhi pemakaian pelatih Eropa atau Kristen. Perwira
tinggi Yeniseri setuju pembentukan korp baru itu, tetapi perwira bawahan
menolak. Dengan mendapat restu dari Mufti Besar Kerajaan Usmani, Sultan
memerintahkan menyerang Yeniseri. Akhirnya sekitar seribu Yeniseri mati
terbunuh. Tempat-tempat berkumpul dihancurkan dan penyokong dari golongan sipil
ditangkap. Tarekat Bektasyi, sebagai tarekat yang banyak mempunyai anggota dari
kalangan Yeniseri dibubarkan. Kemudian Yeniseri dihapuskan. Dengan hilangnya
Yeniseri, golongan ulama yang anti pembaharuan menjadi lemah kekuatannya. Perubahan-perubahan yang dilakukan Sultan Mahmud
II:
1. Tradisi aristokrasi, yang menganggap sultan tidak
pantas bergaul dengan rakyat, dilanggar. Ia mengambil sikap demikratis dengan
selalu muncul untuk berbicara atau menggunting pita pada upacara resmi dan
membiasakan menteri dan pembesar Negara lainnya untuk duduk bersama jika datang
menghadap. Pakaian pembesar ditukar yang lebih sederhana. Tanda-tanda kebesaran
hilang. Meganjurkan rakyat menukar pakaian tradisional dengan pakaian Barat
sehingga menghilangkan perbedaan status sosial pada pakaian tradisional.
2. Kekuasaan Pasya atau Gubernur untuk menjatuhkan
hukuman mati dengan isyarat tangan ia
hapuskan. Hukuman bunuh hanya dikeluarkan oleh hakim. Penyitaan Negara terhadap
harta orang yang dibuang atau dihukum mati juga ditiadakan. Kekuasaan kepala
feudal untuk mengangkat pengganti sekehendak hati dihapuskan.
3. Menghapuskan kedudukan Sadrazam (wakil Sultan
untuk urusan pemerintahan) dengan mengadakan jabatan Perdana Menteri yang membawahi
Menteri-menteri untuk Dalam Negeri, Luar Negeri, Keuangan, dan Pendidikan.
Departemennya bersifat semi otonom. PM menghubungkan para Menteri dengan
Sultan.
4. Kekuasaan judikatif yang semula berada di tangan
Sadrazam dipindahkan ke tangan Syaikh Al-Islam (wakil Sultan untuk urusan
keagamaan). Di samping hukum syari’at diadakan juga hukum sekuler. Yang di
bawah Syaikh Al-Islam hanya hukum syari’at. Hukum sekuler diserahkan kepada
Dewan Perancang Hukum. Tahun 1838 dikeluarkan ketentuan tentang kewajiban hakim
dan pegawai Negara dan prosedur jika melalaikan kewajibannya, juga hukum
terhadap perbuatan korupsi.
5. Memerintahkan supaya anak sampai umur dewasa
tidak dihalangi masuk madrasah. Merubah kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-pengetahuan
umum di dalamnya. Mendirikan sekolah pengetahuan umum, Mekteb-i Ma’arif
(Sekolah Pengetahuan Umum) dan mekteb-i Ulum-u Edebiye (sekolah Sastra) dimana
siswa-siswa berasal dari madrasah bermutu tinggi dan diajarkan bahasa Prancis, ilmu
bumi, ilmu ukur, sejarah, ilmu politik di dalam pelajarannya. Selanjutnya
mendirikan Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran, dan Pembedahan.
Mengirim siswa sekolah ke Eropa, yang setelah kembali membawa pengaruh ide-ide
baru di Kerajaan Usmani.
II.
TANZIMAT
Tanzimat diadakan sebagai kelanjutan usaha-usaha
yang dijalankan Sultan Mahmud II. Tanzimat berasal dari Bahasa arab yang
berarti mengatur, menyusun, memperbaiki. Di zaman ini diadakan banyak peraturan
dan undang-undang baru. Tokoh utama pembaharuan zaman Tanzimat adalah Mustafa
Rasyid Pasya. Ia lahir di Istambul tahun 1800 dan mulanya mengikuti pendidikan
di madrasah. Kemudian ia menjadi pegawai pemerintah. Tahun 1834 dikirim sebagai
Duta Besar di Paris sehingga menguasai bahasa Prancis dan mengenal ide-ide baru
yang dilahirkan Revolusi Prancis. Ia juga menjadi Duta Besar di Negara-negara
lain. Lalu diangkat menjadi Menteri Luar Negeri di tahun 1839 dan selanjutnya
menjadi Perdana Menteri. Menurut pendapatnya, kemajuan Eropa dihasilkan oleh
kemajuan iptek, juga toleransi beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan
diri dari ikatan-ikatan agama. Antara peradaban Eroba lama dan baru ada
hubungan yang tidak terputus.
Selain Mustafa
Rasyid Pasya (1800—M) dan Mustafa Sami, Shadiq Rif’at (1807—M) merupakan figur
terkemuka yang menyerukan perlunya jaminan hak-hak asasi bagi warga negara di
samping keharusan pemerintah untuk bersikap demokratis dan tidak korupi agar
tercipta kemakmuran dan kemajuan.
III.
USMANI MUDA
Ide-ide
pembaharuan Tanzimat selanjutnya diusung oleh gerakan Usmani Muda yang kritis
terhadap absolutisme kekuasaan kerajaan Turki dengan tokohnya: Ziya Pasya
(1825—M) dan Namik Kemal (1840-1888 M). Gerakan pada puncaknya bermaksud
menumbangkan kekuasaan Sultan Abdul Hamid yang berakhir kegagalan. Sebab-sebab
kegagalannya antara lain:
1. Ide yang
diusungnya tidak sepenuhnya terpahami oleh kalangan istana;
2.
Gerakannya tidak memiliki asas dukungan yang cukup
dari kalangan menengah yang bisa menjembataninya berhubungan dengan kalangan lapisan
bawah. Jadi cenderung bersifat elitis dan eksklusif;
3.
Tidak adanya kekuatan yang cukup untuk menandingi
pilar-pilar kekuasaan Sultan.
IV.
TURKI MUDA
Dengan
semakin absolutnya kediktatoran Sultan, memicu munculnya kaum oposan dari
beragam kalangan. Salah satunya adalah gerakan Turki Muda di bawah kepemimpinan
Ahmed Riza, Mehmed Murad dan Pangeran Sihabuddin. Dari ketiga tokoh yang telah
akrab bersentuhan dengan ide-ide Barat ini lahir ide-ide rekonstruksi Turki
menjadi negara konstitusional dengan struktur yang terdesentralisasi. Jalur
pendidikan tetap menjadi prioritas sebagai instrumen perubahan yang vital.
Pemuka Turki Muda tersebut kemudian bergabung bersama kalangan militer dan
elemen lainnya dalam kelompok Persatuan dan Kemajuan (Ittihad ve Terekki) yang menginisiasi
pemberontakan tahun 1908 M.
Sultan Abdul
Hamid akhirnya menerima tuntutan untuk mengadakan pemilu untuk membentuk
parlemen yang kemudian diketuai oleh Ahmed Riza. Peristiwa politik tersebut
mempengaruhi stabilitas negara, dengan tanpa dukungan dari kelompok ulama
konservatif dan tarekat Bektasyi yang berpengaruh, maka Sultan Mehmed V
akhirnya naik ke tampuk kekuasaan. Pemilu selanjutnya diadakan kembali tahun
1912 M yang dimenangkan oleh kelompok Ittihad ve Terekki. Kekuasaan selanjutnya
dipegang oleh wakil dari kalangan militer di bawah Enver Pasya, Jemal Pasya,
dan Talat Pasya. Modernisasi Turki berlangsung kembali di segala aspeknya.
V.
TIGA ALIRAN PEMBAHARUAN
Dari sejarah
pembaharuan Turki selanjutnya didapati tiga orientasi gerakan yang berbeda:
1.
Tradisionalis, yang kukuh dengan ide Islamisme dan
perlu tegaknya pemerintahan Islam. Tokoh utamanya adalah Mehmed Akif (1870-1938
M),
2.
Nasionalis, yang mengembangkan ide pan-Turkisme yang
bercita-cita tegaknya negara Turki yang memiliki identitas kultural otentik
yang khas dan berbeda dari masyarakat lainnya. Tokoh sayap gerakan ini adalah
Zia Gokalp (1875-1924 M),
3.
“Modernis”,
yang bereaksi terhadap kelompok tradisionalis dengan mengusung Islam rasional
yang akrab dengan ide-ide Barat. Mereka menyerukan perlunya masyarakat Turki
mengambil pola Barat bagi kemajuan negerinya.
Dalam banyak
hal ketiga aliran ini memiliki perbedaan pandangan yang khas. Dalam soal
institusi kenegaraan misalnya, kaum tradisionalis melihat perlunya negara Islam
yang menerapkan hukum-hukum Tuhan. Kaum modernis justru menganjurkan pemisahan
antara agama dan negara. Sementara kaum nasionalis lebih melihat pada urgensitas
langkah yang dapat mereduksi peran mahkamah syari’ah di bawah Syaikh al-Islam
yang terlampau berlebihan.
Dalam bidang
ekonomi, kaum modernis menganjurkan adopsi sistem kapitalisme dan liberalisme
yang dikecam oleh kaum tradisionalis sebagai sistem yang sama buruknya dengan
sosialisme dan komunisme. Khusus terkait bunga bank, kaum nasionalis tidak
sepakat dengan kaum tradisionalis tentang keharamannya. Menurut mereka, yang
diharamkan oleh al-Qur’an adalah bunga dalam transaksi jual-beli uang, bukan bunga
bank dari menyewakan atau meminjamkan uang.
Sementara di
bidang pendidikan, kaum modernis menuntut kebebasan pendidikan dan mimbar
akademik dengan memasukkan materi-materi filsafat, logika dan pengetahuan Barat
lainnya. Sisi lain, kaum tradisionalis yang takut erosi terhadap identitas
Islam karena pengaruh ilmu-ilmu Barat cenderung mempertahankan sistem
pendidikan madrasah. Disini kaum nasionalis lebih berkeinginan membangun sistem
pendidikan yang berakar dari nilai-nilai kultural yang asli dari bangsa Turki.
Khusus
mengenai masalah perempuan, kalangan modernis menyerukan ide-ide persamaan hal
termasuk menyerang “kerudung” sebagai simbol yang memasung perempuan. Pemahaman
ini jelas ditentang keras oleh kalangan tradisionalis. Adapun kaum nasionalis
tampaknya berpihak pada pemikiran atas perlunya partisipasi publik bagi
perempuan di bidang sosial maupun ekonomi. Soal poligami, kaum nasionalis
menyerukan penghapusannya.
VI. MUSTAFA KEMAL ATATURK
Daripada
lebel seorang inspirator berdirinya republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk
sebenarnya lebih dikenal sebagai tokoh penggerak berdirinya sebuah rezim
republik sekuler Turki. Dari perjuangannya lah, negara Turki yang pernah
menjadi jantung pemerintahan imperium terakhir ummat Islam ini mampu berdiri
kokoh sebagai sebuah negara merdeka yang berdiri dan diakui kedaulatannya
secara internasional setelah Perang Dunia I.
Meski
demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta
merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus
persen menjadi sekuler. Lika - liku gerakan pembaruan ( sekularisasi ) Turki
yang dilakoni oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya
yang diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang
bercorak modern adalah suatu metamorphosis yang sangat berbeda dari corak
tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.
Gerakan
pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk dimulai dengan penghapusan Kesultanan
Usmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah pada tahun 1924. Lembaga wakaf
dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa
thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dihancurkan. Pada
tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan
latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai upaya memurnikan bahasa Turki dari
muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan
menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama Barat.
Sedangkan menurut Ajid Thohir, gerakan pembaruan Turki
Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup prinsip-prinsip
: republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan
revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan,
seperti pada tahun 1928, ia memperkenalkan bangku gereja serta jam kamar ke
dalam mesjid. Orang shalat dengan menggunakan sepatunya, menggunakan bahasa
Turki dalam sholatnya. Dan untuk membuat sholat di masjid itu indah, mudah
untuk mendapat inspirasi dan memiliki nilai spiritual, maka mesjid perlu
melatih para musikus. Kebutuhan ini penting bagi kaum modern dengan meletakkan
alat musik barat ke dalam mesjid.
Berikut beberapa kebijakan yang dibuat
dalam undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah :
- Undang - undang tentang
unifikasi dan sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924;
- Undang - undang tentang
kopiyah, tanggal 1925;
- Undang - undang tentang
pemberhentian petugas jemaah dan makam, penghapusan lembaga pemakaman,
tanggal 30 November 1925;
- Peraturan sipil tentang
perkawinan, tanggal 17 Februari 1926;
- Undang - undang penggunaan
huruf latin untuk abjad Turki dan penghapusan tulisan Arab, tanggal 1
November 1928; dan
- Undang - undang tentang
larangan menggunakan pakaian asli, tanggal 1934.
Pada Maret
1924 terjadilah penghapusan wilayah. Karena tidak puas Ataturk melanjutkan
wasiat majikannya. Maka pada tahun 1925 keluarlah peraturan yang melarang
berbusana islami bagi laki-laki dan perempuan, merubah salam “assalamu’alaikum”
dengan anggukan kepala.
Pada tahun
1928 keluar keputusan tentang penghapusan pelajaran agama, merubah bacaan
al-qur’an dan azan dengan bahasa Turki, mengganti huruf arab dengan latin,
menyamakan hak waris antara laki-laki dengan wanita. Selain itu ada pula beberapa
pembaharuan yang ia lakukan diantaranya :
·
Membolehkan lelaki memakai celana panjang dengan
syarat pakai tie dan topi (sesuai dengan kehendak barat) .
·
Beliau pernah menegaskan bahwa “negara tidak akan maju
kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian modern”
·
Mengarahkan Al-Quran dicetak dalam bahasa Turki .
·
Menukar azan ke dalam bahasa Turki. Bahasa Turki
sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan Parsi.
·
Satu ucapan beliau di bandar Belikesir di mana beliau
dengan terang-terangannya mengatakan bahawa agama harus dipisahkan dengan
urusan harian dan perlu dihapuskan untuk kemajuan.
·
Agama Islam juga di buang sebagai Agama resmi negara.
·
Mengubah undang-undang perkahwinan berdaftar
berdasarkan undang-undang barat.
·
Menukar Masjid Ayasophia kepada museum, ada sebagian
masjid dijadikan gereja.
·
Membatalkan undang-undang waris,faraid secara
Islam .
·
Menghapus penggunaan kalendar Islam dan menukarkan
huruf Arab kepada huruf Latin.
Selain itu,
banyak juga pembaharuan yang dilakukan oleh Mustafa Kamal
dalam menjalankan pemerintahan di Turki, antara lain seperti dalam sidang
Majlis Agung Nasional tahun 1920, ia menjadi Ketia Majlis dan hasil dari sidang tersebut
antara lain :
Kekuasaan tertinggi terletak
ditangan rakyat Turki.
Majlis Agung nasional merupakan
perwakilan rakyat tertinggi.
Majlis Agung Nasional
berfungsi sebagai badan legislative dan eksekutif.
Majlis Negara yang anggotanya dipilih dari Majlis
Nasional Agung akan menjalankan tugas pemerintahan.
Tanggal 29
November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Namun
ambisinya untuk membubarkan khilafah yang telah terkorupsi terintangi. Ia
dianggap murtad, dan rakyat mendukung Sultan Abdul Mejid II, serta berusaha
mengembalikan kekuasaannya. Ancaman ini tak menyurutkan langkah Mustafa Kemal
Pasha. Malahan, ia menyerang balik dengan taktik politik dan pemikirannya yang
menyebut bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia
melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Kholifah
digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan. Setelah
suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan
Nasional. Tepat 3 Maret 1924 M, ia memecat kholifah, membubarkan sistem
khilafah, dan menghapuskan sistem Islam dari negara. Hal ini dianggap sebagai
titik klimaks revolusi Mustafa Kemal Pasha.
Gerakan
sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya
Mustafa Kemal pada tahun 1938. Sungguhpun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal
Ataturk, posisi presiden Turki digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang
sangat setia kepadanya. Dengan demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di
Turki. Hanya saja, pergantian tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini
memberikan peluang bagi konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki.
Konsepsi politik baru ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun
1946, yang atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang
berusaha mengurangi pengaruh sistem paternalistik dan lebih cenderung menginginkan
sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya partai
Demokrat ( Democrat Party ) di Republik Turki.
Dalam
sistem politik multi partai inilah, akhirnya pengaruh Partai Republik yang
pernah dipimpin oleh Mustafa Kemal, cenderung berkurang. Kecenderungan
apresiasi masyarakat Turki terhadap Partai Demokrat lebih didasarkan oleh sikap
politik partai ini yang mengusung opini tentang orientasi keagamaan baru yang
berbeda daripada orientasi keagamaan di masa rezim Mustafa Kemal bersama Partai
Republik-nya.
Mustapa Kamal merupakan salah satu tokoh pembaharu dan
pemikir di Turki. Memulai karir dibidang militer sampia akhirnya ia terjun di
kancah politik dengan mengusung Gerakan Nasionalisme
dan Westernisme. Tujuan utamanya ialah untuk merubah wajah Turki kepada
kemodern-an seperti Bangsa Barat. Hal ini ia lakukan ketika ia memulai karir di
kancah politik, sampai membentuk parlemen dan terpilih menjadi Presiden Turki
yang pertama. Ada banyak sekali pembaharuan yang
telah dilakukan oleh Mustapa Kamal attaturk dalam merubah Turki dari system
pemerintahan Kerajaan kepada Turki modern yang bersiste Republik. Selain itu,
beliau juga banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran yang diadopsi dari
pemikiran Nasionalisme arab dan pemikiran Barat untuk meruibah wajah Turki
menjadi modern dan maju.
KESIMPULAN
Kesadaran
akan kelemahan dan kemunduran ummat Islam timbul pada diri peminpin-pemimpin
setelah adanya kontak langsung dengan Barat di abad ke-18 dan abad ke-19 yang
lalu. Adanya kontak itu membuat mereka membandingkan antara dunia Islam yang
sedang menurun dengan dunia Barat yang sedang menaik. Keadaan ini membuat
pemimpin menyelidiki sebab-sebab kemunduran dan kelemahan umat muslim dan
selanjutnya memikirkan jalan yang ditempuh untuk mencapai kemajuan dan
kebahagiaan.
Sebab
terpenting kemunduran adalah Islam yang dianut dan diamalkan umat bukan lagi
islam yang sebenarnya. Ke dalam Islam telah masuk ajaran dan praktik yang
berasal dari luar. Bid’ah yang tidak menguntungkan telah banyak masuk dalam
Islam. Sehingga untuk keluar dari keterpurukan dan kelemahan Islam adalah
kembali kepada ajara Al-Quran dan As-Sunnah yang benar seperti pada zaman
Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Dhabith
Tarki Sabiq. 2008. Kamal
Attaturk, Pengusung Sekularisme dan Penghancur Khilafah Islamiyah. Senayan
Publishing. Jakarta.
Dr. Badri
Yatim, MA. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1993.
http://www.muslim-power. catch.com/mustafa_kamal.htm
http://www.muslim-power. catch.com/mustafa_kamal.htm
http://www.sinaimesir.com/pilih=lihat&id=72
http://en.wikipedia.org/wiki/Ottoman_Empire
http://madufm.multiply.com/journal/item/RUNTUHNYA_KILAFAH_ISLAM_OLEH_MUSTOFA_KEMAL_FASA
Syekh
Taqiyuddin An-Nabhani. Nidlamul Hukmi Fil Islami. Terjemahan Drs. Muhammad Maghfur
Wahid. Penerbit Darul Umat.
www.khilafah.net
Nasution, Harun. 1975.
Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.
TUGAS KULIAH Makul Kemuhammadiyahan----FH UMY
1.
Risma Puspa Respati (20100610007)
2.
Kurnia Siwi Hastuti (20100610034)
3.
Melda Meilani Sahubawa (20100610044)
4.
Gunadi (20100610003)
28 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar